Biografi KH Abdurrahman Utsman, Tokoh Penting Pendiri Pagar Nusa
PAGARNUSA.OR.ID – Berikut ini adalah biografi salah satu pendiri Pagar Nusa yakni KH. Abdurrahman Utsman. KH Abdurrahman Utsman merupakan anak menantu KH Hasyim Asyari, ia menikah dengan Nyai Hj Khodijah Hasyim. Sepeninggal Bu Khod (Hj Khodijah Hasyim).
KH. Abdurrahman Utsman menjadi salah satu sosok yang sangat penting dalam berdirinya Pagar Nusa. Saat itu setelah Gus Mus dan Kiai Suharbillah menemui Gus Maksum Jauhari diadakanlah pertemuan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Saat itu Pak Dur, sapaan akrab KH. Abdurrahman Utsman merupakan lurah Pondok Pesantren Tebuireng.
Ketika akhir tahun 1985 sampai awal tahun 1986 para pendekar dari beberapa perguruan bersepakat mengadakan pertemuan di Tebuireng, Jombang. Yang disepuhkan pada saat itu adalah KH Syamsuri Badawi. Dan saat itu pak Durlah yang diutus KH Yusuf Hasyim memfasilitasi rencana pertemuan tersebut.
Pertemuan pertama bertempat di Pondok Pesantren Al Masruriyyah kemudian dilanjutkan di lapangan basket belakang perpustakaan atau aula Tebuireng. Pertemuan ini antara lain menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan organisasi pencak silat NU, yang kemudian disampaikan kepada KH Maksum Jauhari (Gus Maksum) di Pondok Pesantren Lirboyo. Pertemuan di Tebuireng tersebut menjadi tonggak bagi pertemuan-pertemuan berikutnya hingga Pagar Nusa berdiri.
Kiai Dur selain dikenal sebagai tokoh NU juga menantu Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ar, pendiri NU dan Pesantren Tebuireng Jombang. Seperti dilansir Tebuireng.org, Kiai Utsman merupakan suami Nyai Hj. Khodijah bin Hasyim, puteri pasangan Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asyari dan Nyai Hj. Masruroh.
Dalam pernikahan tersebut dikaruniai empat orang anak, salah satunya Gus Aizuddin Abdurrahman. Gus Aiz, panggilan H. Aizuddin Abdurrahman adalah mantan ketua umum PP. PSNU Pagar Nusa yang kini menjadi salah satu ketua PBNU.
Sebelum menikah dengan Kiai Abdurrahman Utsman, Bu Khod (panggilan Nyai Hj Khodijah) memiliki tiga anak dari pernikahannya dengan KH. Ahmad Hadzik, yaitu KH Ishomuddin Hadzik (Gus Isom, Alm), Gus Fahmi Amrullah, dan Gus Zakki. Sepeninggal Bu Khod, Kiai Abdurrahman Utsman menikah lagi dengan Hj. Luluk Muashomah, cucu KH. Bisri Syansuri Denanyar.
Di Tebuireng Kiai Abdurrahman Utsman banyak mengajar kitab kuning, di antaranya Fathul Mu’in, kitab fiqh standar menengah. Bahkan Kiai Abdurrahman Utsman menjadi lurah Pondok Pesantren Tebuireng pada akhir tahun 1985 sampai awal tahun 1986.
Pada saat itu para pendekar NU dari beberapa perguruan silat sepakat menggelar pertemuan di Tebuireng, Jombang. KH. Syansuri Badawi saat itu dianggap sebagai sesepuh. Maklum, kiai asal Cirebon Jawa Barat ini juga dikenal piawai pencak silat.
KHM Yusuf Hasyim pengasuh Tebuireng sebelum KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) mengutus Kiai Dur untuk memfasilitasi rencana pertemuan tersebut. Saat itu para pendekar Tebuireng yang tergabung dalam perguruan silat adalah Nurul Huda Pertahanan Dua Kalimat Syahadat (NH Perkasya) yang digawangi oleh KH. Lamro Azhari turut menjadi unsur penentu dalam pertemuan itu.
Pertemuan perdana dilaksanakan di Pondok Pesantren al-Masruriyah Jombang yang saat itu diasuh Kiai Dur bersama sang Istri, Bu Khod. Pertemuan kemudian dilanjutkan di belakang perpustakaan untuk mendirikan organisasi pencak silat NU, yang terdiri dari beberapa perguruan.
Hasil pertemuan disampaikan kepada KH. Maksum Jauhari Lirboyo. Pertemuan itu menjadi tonggak bagi pertemuan-pertemuan berikutnya hingga Pagar Nusa berdiri sebagai wadah pendekar NU dari berbagai perguruan, bukan sebuah perguruan. Namun pada perkembangannya, Pagar Nusa yang awalnya hanya perkumpulan pendekar NU berubah menjadi sebuah perguruan sendiri, dengan perguruan Pencak Silat NU (PSNU) Pagar Nusa.
Karena itu mudah dipahami jika Kiai Dur dikenal sebagai salah satu tokoh pendiri perguruan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa.
Sebagaimana dikutip dari bangsaonline.com Kiai Dur memang sangat humoris dan selalu ceria. Haji Abdul Wahid Asa, teman seperjuangannya di NU, bercerita bahwa Kiai Abdurrahman Utsman selalu guyon.Ia bercerita sewaktu sama-sama jadi anggota DPRD Jatim. ”Memang selalu guyon,” kata Abdul Wahid Asa. Kiai Dur dan Wahid Asa memang pernah menjadi anggota DPRD Jatim dari Fraksi PKB.
Bahkan ketika sakit kali pertama Kiai Dur dan Wahid Asa sempat guyon. ”Sakitnya itu kan waktu pembukaan Muktamar NU,” kenang Wahid Asa. Saat itu Kiai Dur, tutur Wahid Asa, mengeluh sakit. Lalu dipijat doleh Yono, tukang pijat. ”Saya sempat bilang dipijet begitu saja sakit,” kata Wahhid Asa. Ternyata, kata Wahid Asa, ia mengeluh sakit bukan karena dipijat tapi karena tumornya.
KH. Abdurrahman Utsaman lahir 15 Juli 1949 di Kertosono, Nganjuk Jawa Timur, dan wafat pada 17 Februari 2016 di RSUD Jombang, Jawa Timur dan dimakamkam di pemakaman keluarga Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar. KH Abdurrahman Utsman, juga pernah menjabat sebagai ketua PCNU Jombang dua periode (1992 -2002). Demikian Biografi KH Abdurrahman Utsman, Tokoh Penting Pendiri Pagar Nusa. (*)