Wirid dan Tradisi Keilmuan Khas dari Kiai untuk Pendekar Pagar Nusa
Pagar Nusa menjadi salah satu ujung tombak yang merupakan badan otonom (banom) yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama (NU). Pagar Nusa sendiri bergerak dalam melaksanakan kebijakan NU pada pengembangan seni, budaya, tradisi, olahraga pencak silat, pengobatan alternatif, dan pengabdian masyarakat.
Secara hierarki organisasi Pagar Nusa dipimpin oleh Pimpinan Pusat yang saat ini diketuai oleh Muchamad Nabil Haroen atau akrab disapa Gus Nabil. Pagar Nusa terus berkembang sejak didirkan pada 22 Rabi’ul Akhir 1406 H / 03 Januari 1986 M di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur. Saat itu pendiri dan sekaligus guru besar Pagar Nusa, KH. Abdullah Maksum Jauhari (Gus Maksum) ditunjuk sebagai ketua umum pertamanya.
Hingga saat ini Pagar Nusa memiliki jutaan anggota yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan mancanegara. Anggota Pagar Nusa atau yang disebut sebagai pendekar Pagar Nusa memiliki anggota yang lengkap dari mulai anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua. Dalam Pagar Nusa para pendekar dibekali banyak hal tidak hanya diajari kemampuan bela diri saja namun juga dibekali dengan berbagai doa dan wirid sebagai benteng diri.
Pendekar Pagar Nusa terkenal memiliki akar keilmuan yang sangat kuat, dalam tradisi keilmuan Islam di Indonesia Pagar Nusa memiliki sanad yang jelas dari Para Kiai. Mereka tidak hanya menguasai teknik-teknik bela diri yang kuat, tetapi juga memegang teguh nilai-nilai spiritual dan keilmuan Islam yang mendalam. Dalam perjalanan spiritual mereka, mereka mengikuti jejak para Kiai yang menjadi pilar utama dalam memperkuat landasan keilmuan dan spiritualitas mereka.
Wirid Sumber Eenergi dari Para Kiai
Wirid merupakan rangkaian dzikir atau bacaan yang diulang-ulang dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Wirid biasanya terdiri dari kalimat-kalimat tasbih, tahmid, takbir, dan doa-doa yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis. Para Kiai seringkali mengajarkan wirid khusus kepada para pendekar Pagar Nusa untuk memberikan mereka kekuatan spiritual dalam latihan dan menjaga diri.
Kiai menjadi sumber utama keilmuan dan kekuatan para pendekar Pagar Nusa. Dari Para Kiai mereka mendapatkan arahan dan ijazah berbagai doa dan wirid untuk meningkatkan spiritualitas dan memperkuat benteng diri. Dalam setiap pengajarannya Pagar Nusa sangat lekat dengan ijazah para Kiai dan masyayikh. Hal tersebut menjadi ciri khas Pagar Nusa yang tak dimiliki perguruan lain.
Dalam tradisi keilmuan Pagar Nusa, wirid memiliki peran penting sebagai sumber kekuatan. Para Kiai mengajarkan wirid-wirid khusus yang diyakini memiliki energi spiritual yang tinggi. Wirid-wirid ini tidak hanya memberikan ketenangan batin, tetapi juga meningkatkan daya tahan fisik dan kepekaan terhadap energi sekitar.
Ijazah Kubro menjadi salah satu bentuk nyata implementasi transfer energi dan keilmuan dari para Kiai kepada para pendekar Pagar Nusa. Kegiatan Ijazah Kubro menjadi agenda rutin yang digelar oleh Pimpinan Pusat Pagar Nusa yang berbarengan dengan Pengukuhan Pimpinan Pusat. Dalam pelaksanaanya Ijazah Kubro dihadiri banyak Kiai sepuh yang memberikan berbagai ijazah wirid, doa dan amalan kepada para santri Pagar Nusa.
Ijazah dari para Kiai tersebut menjadi satu energi yang dapat meningkatkan spiritualitas santri dan anggota Pagar Nusa. Tak hanya itu sanad keilmuan dalam mengamalkan doa, wirid atau amalan juga sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Para Kiai memberikan ijazah yang didapatkannya dari para guru yang bersambung hingga Rasulullah. Energi dari para Kiai menjadi bekal utama pendekar Pagar Nusa dalam berkontribusi dan mengabdi di Masyarakat. ALS (*)