PAGARNUSA.OR.ID – Dalam tradisi Pencak Silat Pagar Nusa, pencak dor menjadi salah satu tradisi yang terus berkembang seiring perkembangan zaman. Tradisi ini seolah-olah menjadi magnet yang memberikan daya tarik tersendiri bagi para pesilat Pagar Nusa.
Tidak heran jika dalam setiap pagelaran pencak dor, banyak pesilat Pagar Nusa dari berbagai daerah yang datang untuk berpartisipasi maupun sekadar menyaksikan.
Pencak dor merupakan sebuah pertandingan silat satu lawan satu, yang diiringi oleh alunan musik. Biasanya, alat musik yang digunakan meliputi bedug, jedhor, dan terkadang dipadukan dengan rebana. Perpaduan musik ini sering disebut dengan terbang jedhor.
Jedhor menjadi alat musik utama dalam pertandingan ini. Sehingga kemudian tradisi pertandingan tersebut dikenal dengan sebutan “pencak dor”.
Sejarah Pencak Dor
Tradisi ini mulanya berkembang di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Di mana pencak dor menjadi ajang latihan tanding antar santri di sana.
Selain hal demikian, pagelaran tersebut berawal dari kegelisahan KH Agus Maksum Jauhari, yakni cucu dari KH Manaf Abdul Karim, di mana pada saat itu marak sekali perkelahian antar pelajar di Kediri di era 90-an.
Gus Maksum, sapaan akrabnya, kemudian menginisiasi Pencak Dor yang bertujuan untuk menjalin silaturahmi sesama pendekar sekaligus menjadi media dakwah bagi para pemuda.
Dalam perkembangannya, tradisi ini menjadi semacam pertandingan bergengsi bagi para pendekar atau pesilat Pagar Nusa dari berbagai aliran,
Dahulu, pertandingan tersebut biasa mereka gelar untuk menutup aktivitas santri, yakni sebelum bulan Ramadhan.
Para santri akan membangun arena pertandingan dengan bambu yang cukup tinggi supaya masyarakat umum dapat menyaksikannya.
Makna di Balik Pencak Dor
Meskipun dalam pencak dor, para petarung terkesan brutal karena memang merupakan tanding bebas. Akan tetapi, sebenarnya pagelaran ini memuat nilai-nilai luhur yang membuat pagelaran ini terus bertahan hingga sekarang.
Melalui kegiatan ini, para pesilat dapat mengasah keterampilan, melestarikan kebudayaan, menjaga prestise, dan mempererat silaturahmi.
Sepanjang pertandingan, alunan tabuhan jhedor akan terus berkumandang berpadu dengan lantunan sholawat badar atau sholawat lainnya. Selain untuk meredam emosi, alunan sholawat ini juga menunjukkan identitas bahwa tradisi tersebut berasal dari kalangan santri.
Setelah para petarung saling adu jurus, sportivitas tetap menjadi prinsip utama dalam pertandingan ini. Hal tersebut merupakan perwujudan dari slogan Gus Maksum bahwa “Di atas lawan, di bawah kawan”.
Aturan Main Pencak Dor
Pencak dor merupakan ajang pertarungan bebas. Mereka bebas menggunakan jurus dan gaya bertarung yang mereka sukai. Meskipun demikian, ada beberapa aturan dasar yang menjadi pedoman bagi setiap peserta.
Aturan dasar tersebut seperti larangan meludahi lawan, menyerang lawan ketika sudah terjatuh, dan menyerang kemaluan atau bagian vital.
Untuk menjaga kondisifitas di arena pertandingan, terdapat dua orang wasit yang merupakan pendekar senior. Wasit bertugas untuk mengatur jalannya pertandingan dan memisah peserta apabila mereka lepas kendali.
Dalam kegiatan tersebut biasanya tidak menyediakan tenaga paramedis. Melainkan hanya tukang urut atau sangkal putung (dokter tulang).
Demikian sekilas tentang sejarah pencak dor, makna, serta aturan mainnya. Semoga bermanfaat! (*)