PAGARNUSA.OR.ID – JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa M. Nabil Haroen mengungkapkan punya refleksi unik di hari perayaan Maulid Nabi Muhammad. Nabil menyampaikan tentang getaran cinta sang Nabi, yang ia selalu rasakan sebagai bagian dari kerinduan.
“Nabi Muhammad itu simbol segalanya. Beliau pemimpin umat manusia, seorang yang sangat amanah, pejuang Islam yang luar biasa dengan akhlak yang indah. Kita mengenang Kanjeng Nabi Muhammad dengan berbagai cara, di antaranya ya dengan menikmati getaran-getaran cinta beliau,” ungkap Nabil Haroen pada media ini, Kamis (28/09/2023).
Nabil Haroen menjelaskan bahwa Nabi Muhammad itu magnet bagi pecintanya. “Saya merasa ketika sowan Kanjeng Nabi Muhammad itu seperti tertarik ke magnet beliau. Jadi memang Nabi Muhammad ini magnet, yang selalu menarik getaran-getaran cinta dari kaumnya,” terang Wakil Ketua Umum PB Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) ini.
Lebih lanjut, Nabil Haroen juga menegaskan bahwa pada saat ini meneladani Nabi Muhammad menjadi sangat penting. “Kanjeng Nabi itu teladan sepanjang zaman. Apa hal-hal baik yang sudah diprakktikkan beliau enam belas abad yang lalu, masih relevan untuk zaman ini. Memang keteladanan Nabi Muhammad itu abadi, shahih likulli zaman,” ungkap Nabil.
Nabil Haroen mengajak para santri, warga Muslim dan masyarakat Indonesia untuk selalu mengikuti sikap dan tindakan Nabi Muhammad sebagai karakter. “Banyak sekali hal-hal yang bisa diteladani dari Nabi Muhammad, baik karakter, perilaku, maupun sifat beliau yang ramah serta lemah lembut. Sifat utama kanjeng Nabi, yakni shiddiq, amanah, tabligh, fathanah, itu merupakan karakter pemimpin yang kuat sekali. Kita bisa merefleksikan kualitas kepemimpinan kita, dari apa yang sudah digariskan Kanjeng Nabi Muhammad,” ungkap Nabil Haroen yang juga anggota Fraksi PDI Perjuangan ini.
Nabil mengisahkan tentang bagaimana kualitas pemimpin saat ini selalu diuji setiap tantangan di zaman ini. “Semua pemimpin itu diuji oleh tantangan-tantangan. Baik pemimpin di level negara, maupun pemimpin di level organisasi di tingkatan desa ataupun komunitas. Kita perlu melihat kembali bagaimana Kanjeng Nabi menjadi pemimpin, menjadi teladan, Insya Allah akan berkah.” (*)