PAGARNUSA.OR.ID – Pagar Nusa merupakan sosok pendekar dari kalangan santri. Dalam hal ini kader Pagar Nusa harus menjadi pendekar yang kuat. Bukan malah menyombongkan diri dengan dengan menunjukkan kepintarannya dalam bersilat.
Hal tersebut disampaikan oleh mustasyar MWC NU Sekaran, KH Nurul Utsman dalam acara tasyakuran Harlah ke-101 Nahdlatul Ulama bersama Pengurus Anak Cabang (PAC) Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa Sekaran, lamongan, Selasa (30/1/2024).
“Status anggota Pagar Nusa adalah pendekar dari kalangan santri dan harus mampu menjadi pendekar yang kuat. Pendekar yang kuat bukanlah yang senang menyombongkan kepintarannya dalam bersilat,” tegasnya.
Pendekar yang kuat, lanjutnya, adalah mereka yang dapat menahan emosi diri ketika hawa nafsu menguasai. Meskipun pada dasarnya dapat melakukan perlawanan, namun mereka memilih untuk mengalah.
“Akan tetapi pendekar yang kuat adalah pendekar yang mampu menahan diri ketika amarah menguasai, meski sejatinya kita merasa cukup dan mampu melawan tapi kita lebih memilih mengalah. Itulah pendekar Pagar Nusa sejati,” imbuhnya.
Sementara itu, Pimpinan Pengurus Anak cabang (PAC) Pagar Nusa Sekaran, Kang Amir, menuturkan pencak silat merupakan identitas bangsa yang mengajarkan nilai-nilai luhur. Di antaranya, persaudaraan dan persahabatan, sportivitas, serta saling menghormati.
“Pencak silat menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia yang di dalamnya memuat nilai-nilai persaudaraan dan persahabatan antarkeluarga, menjunjung sportivitas, dan saling menghormati satu sama lain, salah satunya adalah Pagar Nusa,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan, Pagar Nusa mampu diterima oleh berbagai kalangan. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya ekstrakurikuler Pagar Nusa di berbagai lembaga di Kecamatan Sekaran.
“Hadirnya ekstrakurikuler Pagar Nusa di berbagai lembaga yang ada di Kecamatan Sekaran menunjukkan bahwa Pagar Nusa mempu diterima di semua kalangan,” sambung kang Amir dikutip dari kabar1lamongan.
Acara yang bertempat di Pondok Pesantren Ihya’ul Ulum Manyar itu selain untuk memperingati harlah ke-101 Nahdlatul Ulama, juga sebagai peringatan Harlah ke-38 Pagar Nusa dan Harlah ke-58 GASMI (Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia).
Seperti diketahui, Pagar Nusa merupakan salah satu badan otonom NU yang lahir pada 3 Januari 1986. Sedangkan GASMI sebagai pencak silat di bawah naungan Pagar Nusa lahir pada 11 Januari 1966.
Sebagai warisan budaya takbenda (intangible culture) yang UNESCO resmikan pada 2019 silam, pencak silat menjadi kebudayaan yang perlu kita lestarikan. (*)