Ikut Pencak Silat Pagar Nusa jangan memiliki sifat sombong, karena semua kehebatan hanyalah dari Allah swt semata.
Hal tersebut disampaikan Ketua Pelaksana, Rahmat Solihin dalam pengesahan 31 orang sebagai anggota Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa di Lapangan Margo Lestari, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Ahad (15/1/2023).
“Ikut Pagar Nusa jangan sombong. Ingat dengan filosofinya yaitu la gholoba illa billah, yang artinya tiada kemenangan kecuali pertolongan dari Allah,” ujarnya.
Acara ini diadakan dalam rangka mengesahkan anggota tetap Pengurus Anak Cabang (PAC) Pagar Nusa Jati Agung dan Hari Lahir (Harlah) ke-37 Pagar Nusa.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Ikhlas, Kiai Miftahul Huda mengatakan, mengikuti pencak silat jangan sampai digunakan untuk berkelahi karena gara-gara perempuan.
“Jangan sampai derajat laki-laki jatuh gara-gara perempuan, kecuali memang menyangkut syar’i dan harga diri,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan Pagar Nusa harus menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Pencak silatnya jangan digunakan untuk kesombongan, karena akan berbahaya.
“Pagar Nusa harus menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Pendekar-pendekarnya jangan jadi kemlelet dalam bahasa Jawa (sok jagoan), tapi gunakanlah pencak silat sebagai membela diri,” katanya.
Menurutnya pencak silat jangan sampai digunakan untuk melawan saudara dan kedua orang tuanya.
“Pencak silat jangan sampai dibuat berantem kepada orang tua dan sesama saudaranya. Pesilat khususnya Pagar Nusa ini untuk membentengi nusa dan bangsa. Mari bersama-sama kita menjaga kedaulatan nusa dan bangsa, dan ikut andil dalam menjaga keamanan negara,” katanya.
Kiai Miftahul Huda juga mengimbau agar selalu menjaga persatuan dan kesatuan, menghormati kedua orang tua, guru, serta harus bisa lebih dewasa dalam bersikap.
“Salurkan jiwa olahraga lewat pencak silat. Dan semakin bertambahnya umur, maka harus lebih dewasa,” ujarnya.
Acara pengesahan juga diramaikan dengan majelis shalawat yang dipimpin oleh Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Ma’arif, Habib Asadullah Assegaf.
Sumber: NU Online