Berkembangnya dunia digital yang semakin maju membawa tantangan yang besar bagi generasi bangsa. Degradasi moral menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kasus yang terjadi, seperti tawuran, narkoba, pergaulan bebas dan menurunnya rasa kepedulian terhadap sesama.
Permasalahan penurunan moral tersebut harusnya dapat ditangani dengan berbagai penanaman pendidikan moral melalui berbagai kegiatan. Pencak silat menjadi salah satu cara dalam mengatasi degradasi moral generasi bangsa yang semakin tak terkendali.
Pencak Silat merupakan seni bela diri tradisional Indonesia, tidak hanya sekadar gerakan fisik untuk melindungi diri, tetapi juga menyimpan nilai-nilai moral yang dalam. Salah satu organisasi pencak silat yang konsisten menjunjung tinggi etika dan moralitas adalah Pagar Nusa. Pagar Nusa, yang merupakan organisasi pencak silat milik organisasi Nahdlatul Ulama (NU), berupaya untuk menggerus degradasi moral melalui belajar pencak silat.
Dilingkup Pagar Nusa pengajaran pencak silat tidak hanya diajarkan sebagai sekadar gerakan bertarung, tetapi juga sebagai sarana untuk membentuk karakter dan moralitas. Melalui latihan-latihan intensif, para pesilat diajarkan nilai-nilai seperti disiplin, pengendalian diri, rasa tanggung jawab, dan kerjasama. Prinsip-prinsip inilah yang menjadi pondasi bagi pembentukan individu yang tidak hanya tangguh secara fisik, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat dan berakhlak mulia.
Nilai-nilai karakter dan moral dalam Pagar Nusa diajarkan melalui latihan-latihan pencak silat, seperti latihan fisik, latihan mental, dan latihan spiritual. Latihan fisik bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, dan kelincahan. Latihan mental bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri, mental baja, dan ketangguhan. Latihan spiritual bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Berbekal gemblengan karakter dan moralitas tersebut Pagar Nusa memiliki peran penting dalam memerangi degradasi moral yang merajalela. Para pesilat Pagar Nusa diajarkan untuk menjadi teladan masyarakat, menjauhi perilaku negatif, dan menjadi agen perubahan positif. Dengan demikian, mereka bukan hanya menjadi ahli bela diri, tetapi juga menjadi sosok yang dapat memimpin dan menginspirasi orang lain menuju kebaikan.
Pagar Nusa bukan hanya sekadar tempat belajar seni bela diri; ini adalah komunitas yang mendidik para pesilatnya untuk menjadi teladan masyarakat. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari, anggota Pagar Nusa menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat. Mereka tidak hanya bertarung di atas tatami, tetapi juga melawan degradasi moral di kehidupan sehari-hari.
Pencak Silat tidak hanya dianggap sebagai seni bela diri, tetapi juga sebagai media sosialisasi positif. Pagar Nusa memanfaatkan kegiatan latihan, pertandingan, dan kegiatan sosial untuk membawa generasi muda ke dalam lingkaran nilai-nilai positif. Ini bukan hanya tentang bertarung di atas panggung, tetapi juga tentang membangun persahabatan, rasa tanggung jawab, dan rasa saling menghormati antar sesama.
Sebagai organisasi yang didedikasikan untuk membangkitkan moral melalui Pencak Silat, Pagar Nusa memiliki tanggung jawab besar untuk membimbing generasi muda menuju masa depan yang lebih baik. Dengan mempertahankan nilai-nilai luhur dan terus beradaptasi dengan perubahan zaman, Pagar Nusa membawa harapan bagi masyarakat yang semakin membutuhkan landasan moral yang kuat.
Pagar Nusa, dengan kekayaan tradisi dan kearifan lokalnya, telah berhasil menjadi garda terdepan dalam merespons degradasi moral melalui Pencak Silat. Sebagai tonggak kebudayaan yang hidup dan relevan, Pagar Nusa membawa harapan, bukan hanya bagi para pesilatnya, tetapi juga bagi masyarakat yang menginginkan kembalinya kejayaan moral dalam kehidupan sehari-hari. Melalui semangat dan dedikasi, Pagar Nusa terus menjadi pilar keberhasilan moralitas Indonesia. ALS/AI(*)