PAGARNUSA.OR.ID – Pada 3 Januari 1986, di lingkungan Pesantren Lirboyo Kediri, sejumlah ulama dan aktivis pencak silat membentuk sebuah simpul ikatan untuk menyatukan pencak silat yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Dalam musyawarah itu, organisasi yang mereka sepakati bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama atau IPS-NU yang kemudian sekarang dipersingkat menjadi PSNU.
Sementara itu, KH Anas Thohir, Ketua PWNU Jawa Timur saat itu mengusulkan nama “Pagar Nusa”. Nama itu terinspirasi dari KH Mujib Ridwan dari Surabaya, yakni putra dari pencipta lambang Nahdlatul Ulama, KH Ridwan Abdullah. Mengutip dari Ensiklopedia NU, Pagar Nusa sendiri memiliki pengertian “Pagarnya NU dan Bangsa”.
Lahir dari Bilik Pesantren
Pencak Silat Pagar Nusa yang sekarang anggotanya lebih dari 3 juta warga Indonesia, tidak dapat terpisahkan dari pesantren. Rekam jejaknya memang mencatat bahwa organisasi ini lahir tidak jauh dari kiprah para kiai di pesantren.
Sebut saja KH Suharbillah, salah satu pendekar pendiri Pagar Nusa asal Surabaya. Pada saat itu, beliau termasuk di antara para kiai yang merasa resah akan surutnya ilmu bela diri pencak silat di pesantren. Sebelumnya, pesantren merupakan pusat kegiatan pencak silat. Tidak heran jika pada zaman dahulu selain menjadi pendakwah, kiai juga merupakan sosok yang ahli bela diri yang menguasai ilmu hikmah atau tenaga dalam.
Namun, seiring waktu berjalan, pesantren kehilangan perannya sebagai pusat padepokan pencak silat. Apalagi pada saat itu banyak bermunculan beragam aliran pencak silat dengan berbagai coraknya. Di mana antar pencak silat saling mengklaim sebagai kelompok terbaik dan terkuat serta bersifat tertutup.
Atas kondisi demikian, KH Suharbillah menceritakannya kepada KH Mustofa Bisri di Rembang. Setelah itu mereka menemui sosok pendekar pencak silat lainnya yaitu KH Agus Maksum Jauhari alias Gus Maksum untuk menyikapi hal tersebut.
Akhirnya pada 27 September 1985, setahun sebelum Pagar Nusa resmi berdiri, para ulama sekaligus tokoh pencak silat berkumpul di Pesantren Tebuireng Jombang. Musyawarah yang bertujuan membentuk sebuah wadah pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama ini membuahkan hasil. Yaitu terbentuklah Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat melalui surat Keputusan yang resmi disahkan pada 10 Desember 1985 (27 Rabiul Awwal 1406) dan berlaku hingga 15 Januari 1986.
Pagar Nusa Resmi Berdiri
3 Januari 1986 menjadi tonggak baru dalam dunia pencak silat Nahdlatul Ulama. Pagar Nusa sebagai wadah yang menaungi beragam pencak silat akhirnya resmi terbentuk dengan Gus Maksum sebagai ketua umumnya.
Kemudian, ketua PBNU saat itu, KH Ahmad Shidiq bersama Rais ‘Aam, KH Abdurrahman Wahid mengesahkan Pencak silat ini sebagai bagian dari badan otonom (banom) Nahdlatul Ulama. Sebuah banom yang fokus pada pengembangan dan pendayagunaan seni bela diri pencak silat sebagai warisan budaya masyarakat Indonesia.
Sebagai banom yang lahir dari bilik pesantren, berbagai atribut dan pendidikan di dalamnya pun tak jauh dari ciri khas kepesantrenan. Lambang Pagar Nusa dan yang KH Suharbillah usulkan memiliki makna yang cukup mendalam. Segi lima dengan warna hijau sebagai dasarnya, bola dunia, Bintang Sembilan, dan trisula menjadi simbol yang memadukan berbagai unsur baik ideologi, kemanusiaan, Aqidah, dan keberanian.
Pun tulisan arab “Laa ghaliba illa billah” (sebelumnya Laa ghaliba ilallah, kemudian berganti atas usulan KH Sansuri Badawi) merupakan perwujudan atas kemahakuasaan Allah dan ketidakberdayaan manusia sebagai hamba-Nya. Tulisan yang berarti “Tiada yang menang kecuali mendapat pertolongan Allah” menjadi mindset yang seharusnya tertanam pada jiwa setiap kader Pagar Nusa bahwasanya sehebat apapun kita, tentu tidak ada apa-apanya tanpa pertolongan Allah Swt.
Menyongsong 38 tahun Mengudara
Jika menilik ulang sejarah, tentu para pendiri Pagar Nusa memiliki kiprah yang luar biasa terhadap Indonesia. Hampir selama 38 tahun, Pencak silat ini pun telah membawa nama baik Indonesia baik dalam kancah nasional maupun internasional.
Oleh karena itu, menyambut Harlah Pagar Nusa ke-38 pada 3 Januari 2024, tentu menjadi momentum yang tepat untuk mengembangkan ekosistem Pagar Nusa yang lebih dahsyat dengan kontribusi yang lebih luar biasa bagi untuk Indonesia ke depannya.
Pun tidak lupa, seperti yang Gus Nabil terangkan, bahwa kader Pagar Nusa tidak boleh jauh dari ulama. Mengingat bahwa Pagar Nusa sendiri lahir dari bilik pesantren untuk mencetak generasi emas, kuat, dan berkarakter mulia. (*)