Kisah Kiai Suharbillah dan Mbah Liem Memperjuangkan Pagar Nusa
PAGARNUSA.OR.ID. Pada awal berdirinya Pagar Nusa tidak langsung masuk dalam banom atau lembaga resmi dibawah naungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Namun Pada tanggal 9 Dzulhijjah 1406 H / 6 Juli 1986 PBNU yang saat itu diketuai oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Ketua Umum dan KH. Achmad Siddiq sebagai Rais ‘Aam meresmikan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa.
Pada masa awal pendirian dan peresmian tersebut ternyata ada kisah yang sangat menarik antara KH. Suharbillah dan Mbah Liem Imampuro. Ketika di awal pembentukan Pagar Nusa, ada Kiai nyentrik yang selalu dekat dengan Gus Dur di Muktamar. KH. Suharbillah sebagai pembawa aspirasi dari PWNU Jawa Timur terkait hal supaya Pagar Nusa masuk di badan NU Pusat, yang waktu itu Pagar Nusa baru di SK di Jatim sebagai rintisan.
Buntu untuk memasukkan usulan, karena tidak tercatat sebagai yang punya hak suara sekaligus kemungkinan diterimanya juga kecil. Waktu itu Beliau Abah Suhar sudah tahu siapa Mbah Liem, tetapi tentu saja Mbah Liem tidak mengenalnya (menurut Abah Suhar).
Kemudian Abah Suhar setiap waktu disaat Muktamar itu kirim dan kirim Fatihah untuk Mbah Liem (KH. Muslim Rifai Imampuro, Klaten). Apa yang terjadi, disaat menjelang akhir Muktamar Mbah Liem mendatangi Abah Suhar dan merangkulnya dan mengajaknya ke forum dimana ada Gus Dur sekaligus dawuh agar Abah Suhar selalu menjaga NU.
Tanpa dinyana tanpa usulan apapun, KH Hasyim Lathif sebagai ketua sidang mengetuk palu bahwa “Badan badan yang sekarang hadir disini ditetapkan sebagai Lembaga, Badan Otonom dan Lajnah NU.
Demikian Cerita beliau kepada saya dan anak anak “Darmo 96 lainnya. Semenjak saya ikut Pagar Nusa, berkali kali saya diajak sowan ke Beliau Mbah Yai Muslimin Imam Puro (Mbah Liem), Pengasuh dan PP Al Muttaqin Pancasila Sakti ini.
Hal yang tak pernah terlewat Mbah Liem selalu mengijazahkan kepada Siapapun yang datang dengan Amalan Fatihah. Ijazahan dilakukan secara lesan dengan didampingi penerjemah sekaligus ditulis tangan oleh Mbah Liem sendiri.
Entah Ijazah berkali kali setiap sowan itu tulisannya terselip di Buku buku administrasi di kediaman Beliau di Kanjeng Sepuh Gresik atau sudah hilang Wallahu a’lam.
Hanya ijazahnya kadang menentukan harus di Makam Kanjeng Sunan Ampel atau bebas. Hanya setiap sowan bilangan Fatihahnya tidak tentu, sesuai yang Mbah Liem Tulis, kadang sampai 10.000 Fatihah. Itulah tadi Kisah Kiai Suharbillah dan Mbah Liem Memperjuangkan Pagar Nusa. (*)