Pagar Nusa Official Website
  • Sejarah
  • Visi & Misi
  • Program
Kamis, 15 Mei 2025
  • Login
  • Register
Advertisement
  • Nusantara
  • Prestasi
  • Berita
    • Daerah
  • Kebangsaan
  • Radikalisme
  • Video
Tidak ada
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Prestasi
  • Berita
    • Daerah
  • Kebangsaan
  • Radikalisme
  • Video
Tidak ada
Lihat Semua Hasil
Pagar Nusa Official Website
Tidak ada
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Prestasi
  • Berita
  • Kebangsaan
  • Radikalisme
  • Video
Home Nusantara

Di Atas Lawan Di bawah Kawan: Sebuah Konsep Persaudaraan para Pendekar

admin oleh admin
5 Februari 2024
di Nusantara
A A
Pencak Dor

Di atas lawan di bawah kawan

Bagikan di WhatsappBagikan di Twitter

PAGARNUSA.OR.ID – Dalam tradisi Pagar Nusa, falsafah “di atas lawan, di bawah kawan” tentu menjadi istilah yang tidak asing lagi. Konsep ini menjadi prinsip bagi para pesilat Pagar Nusa, terutama dalam pertandingan pencak dor.

Pencak dor memang telah menjadi tradisi yang terus dilestarikan sebagai warisan budaya Indonesia. Meskipun terkesan brutal, namun tradisi ini memuat substansi nilai yang luhur. Di mana rasa sportivitas, persaudaraan, dan solidaritas menjadi ajaran yang menjadi pegangan bersama.

Sekilas tentang Pencak Dor

Pencak dor lahir bukan tanpa sebab. Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, pencak dor telah menjadi ajang uji kepiawaian dalam bersilat.

Pencak dor sendiri berasal dari tradisi Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang telah lama mengembangkan budaya pencak silat.

Budaya pencak silat di Lirboyo kemudian menemukan formatnya ketika KH Abdullah Maksum Jauhari atau Gus Maksum mendirikan Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia (GASMI) pada 1966.

Selain sebagai uji keterampilan, pencak dor juga tidak jarang menjadi wahana untuk menuntaskan masalah antarsantri. Sehingga ketika ada sebuah konflik maka pencak dor menjadi solusinya.

Namun menariknya, tidak ada menang kalah dalam pencak dor. Setelah pertandingan usai, maka mereka kembali akrab menjalani rutinitas pesantren.

Pada era 60-an dan 90-an, pencak dor didominasi oleh para pesilat dari kalangan santri. Baru mulai tahun 2000-an, banyak pesilat dari eks-karesidenan Kediri yang tertarik mengikuti pencak dor. Bahkan dari kalangan masyarakat yang tidak bergabung dalam perguruan silat pun turut meramaikan tradisi ini.

Perhelatan pencak di atas papan kayu di kelilingi ring bambu ini ternyata membawa dampak positif. Pada saat itu, tawuran anak-anak muda di sekitar eks-Karesidenan Kediri cukup tinggi. Baru ketika pencak dor ini muncul, tawuran tersebut dapat ditekan. Nyatanya pencak dor menjadi solusi setiap masalah di antara mereka.

Di Atas Lawan di Bawah Kawan

Meskipun pencak dor dulu dapat menjadi sarana meluapkan emosi, namun seperti halnya Gus Maksum mengajarkan, bahwa di atas lawan di bawah kawan. Ketika di atas ring, mereka seolah-olah adalah musuh yang saling menyerang habis-habisan. Namun di bawah ring mereka adalah saudara yang saling mengayomi.

Filosofi ini hendaknya menjadi prinsip dan pegangan bagi para pendekar pencak silat. Maksudnya begini, para pendekar yang telah menguasai ilmu bela diri hendaknya tidak sewenang-wenang menggunakan kemampuannya tersebut.

Istilah “ Di atas lawan” menunjukkan makna sebuah gelanggang di mana tempat para pendekar saling unjuk kedigdayaan. Namun lebih dari itu, istilah ini memberikan pengertian bahwa hanya “gelanggang” yang menjadi tempat untuk bertarung.

Artinya, momen unjuk kemahiran dalam bersilat memiliki konteks dan waktu tersendiri. Hal ini pun mengajarkan kepada kita bahwa kemampuan bersilat lantas tidak menjadikan seseorang menjadi sombong, arogan, dan angkuh.

Mereka tahu situasi dan kondisi di mana mereka harus menunjukkan kemampuannya, dan di mana mereka harus menahan diri dari kesombongan untuk menunjukkan kedigdayaannya.

Sementara itu, istilah berikutnya “di bawah kawan” selain menjunjukkan persahabatan setelah pertandingan pencak dor. Juga menunjukkan bahwa para pendekar dalam kehidupan sehari-hari selalu mengupayakan keteduhan di masyarakat. Sebagaimana kawan yang selalu menjunjung tinggi persaudaraan untuk mewujudkan keharmonisan bersama.

Persaudaraan tanpa Rasa Dendam

“Di atas lawan, di bawah kawan” menunjukkan bahwa persaudaraan hendaknya dilandasi tanpa adanya rasa dendam. Rasa sakit yang ditimbulkan dalam pertandingan pencak dor bukan lantas menjadi penyebab munculnya dendam di luar pertandingan.

Sebagai ajang pertandingan persahabatan, dalam pencak dor tidak ada istilah menang-kalah. Namun hendaknya menjadi instropeksi diri atas latihan-latihan yang selama ini kita lakukan.

Seperti halnya ilmu padi, “Semakin tua semakin merunduk,” pendekar Pagar Nusa hendaknya semakin kompeten, semakin tawadhu’. (*)

 

 

Tags: falsafah pagar nusaPencak Dorpersaudaraan
admin

admin

Terkait Posts

Gus Maksum: Ada Dua Orang Sakti yang Doanya Seperti Doa Nabi, Jangan Membuat Mereka Murka!

Gus Maksum: Ada Dua Orang Sakti yang Doanya Seperti Doa Nabi, Jangan Membuat Mereka Murka!

24 April 2024
Doa Ini Tak Pernah Ditinggalkan oleh Rasulullah, Cocok Jadi Amalan Pendekar Pagar Nusa

Doa Ini Tak Pernah Ditinggalkan oleh Rasulullah, Cocok Jadi Amalan Pendekar Pagar Nusa

22 April 2024
Makam Dempul Lirboyo

Makam Dempul Lirboyo, Gus Maksum: Dulu Jadi Kerajaan Jin

24 Maret 2024
Puisi Gus Mus: Nasihat Ramadhan Buat Mustofa Bisri, Cocok Untuk Renungan Pendekar Pagar Nusa

Puisi Gus Mus: Nasihat Ramadhan Buat Mustofa Bisri, Cocok Untuk Renungan Pendekar Pagar Nusa

20 Maret 2024
Master Zaeni

Master Zaeni dan Terapi Zamatera 

16 Maret 2024
Ketua PC Pagar Nusa Kebumen

Ketua PC Pagar Nusa Kebumen Bina Anak Jalanan dan Mantan Preman

16 Maret 2024
Next Post
Amalan malam 27 Rajab

Amalan Malam 27 Rajab untuk Menuntaskan Segala Hajat

Mengenal empat pilar aswaja

Empat Pilar Aswaja sebagai Fondasi Kerukunan Umat Beragama

Sering Dibaca

Biografi Singkat KH Dimyati Rois, Salah Satu Kiai Khos Mujiz Ijazah Kubro Pagar Nusa

Biografi Singkat KH Dimyati Rois, Salah Satu Kiai Khos Mujiz Ijazah Kubro Pagar Nusa

19 Oktober 2023
Biografi Singkat Gus Maksum Jauhari, Ulama Sakti Pendiri Pagar Nusa

Biografi Singkat Gus Maksum Jauhari, Ulama Sakti Pendiri Pagar Nusa

30 Mei 2023
Arti Lambang Pagar Nusa, Penuh Dengan Filosofi Mulia

Arti Lambang Pagar Nusa, Penuh Dengan Filosofi Mulia

2 Juni 2023
12 Kata Mutiara dan Nasihat dari Gus Maksum Jauhari untuk Pendekar Pagar Nusa

12 Kata Mutiara dan Nasihat dari Gus Maksum Jauhari untuk Pendekar Pagar Nusa

4 Juni 2023
Lambang Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa

Arti Lambang dan Makna Warna Pagar Nusa Nahdlatul Ulama

31 Juli 2023

Terbaru

Sebanyak 168 Pendekar Pagar Nusa Magetan Resmi Dikukuhkan

Sebanyak 168 Pendekar Pagar Nusa Magetan Resmi Dikukuhkan

10 November 2024
PC Pagar Nusa Bojonegoro Borong 10 Medali Pada Ajang Kejurwil VIII Pagar Nusa Jawa Timur

PC Pagar Nusa Bojonegoro Borong 10 Medali Pada Ajang Kejurwil VIII Pagar Nusa Jawa Timur

4 November 2024
PC Pagar Nusa Bojonegoro Gelar Rakercab, Dihadiri Pimpinan Pusat dan Wilayah

PC Pagar Nusa Bojonegoro Gelar Rakercab, Dihadiri Pimpinan Pusat dan Wilayah

4 November 2024
  • Kirim Artikel
  • Redaksi
  • FAQ

© 2023 Pagar Nusa - Pagar NU dan Bangsa ..

Selamat datang kembali!

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Sandi? Daftar

Buat Akun Baru

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

Wajib diisi Masuk

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Masuk
Tidak ada
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Prestasi
  • Berita
    • Daerah
  • Kebangsaan
  • Video
  • Radikalisme

© 2023 Pagar Nusa - Pagar NU dan Bangsa ..