Biografi Singkat KH Syansuri Badawi, Tokoh Penting Berdirinya Pagar Nusa
PAGARNUSA.OR.ID – Nama KH. Syansuri Badawi tidak asing lagi bagi para pendekar Pagar Nusa, beliau merupakan salah satu tokoh penting dalam proses berdirinya Pagar Nusa. Kyai Syansuri adalah salah satu penggagas berdiarinya Pagar Nusa. Pada waktu itu dunia pencak silat di pesantren semangkin luntur. Beberapa kyai mulai khawatir surutnya persilatan di pesantren, yang mana itu merupakan warisan walisongo.
KH. Suharbillah (Surabaya) gelisah dan menemui Kyai Syansuri atas keprihatinan para kiai-kiai yang menyaksikan surutnya Persilatan di pesantrean. Kemudian KH. Suharbillah dan Kyai Syansuri sepakat untuk menemui KH. Abdullah Maksum Jauhari, Lirboyo untuk berdiskusi mengenai keberlanjutan dan perkembangan persilatan di kalangan warga NU, khususnya di pesantren.
Pada 27 September 1985 di pesantren Tebuireng para ulama sepuh dan kaum pendekar, untuk meggodok konsep wadah pencak silat NU. Karena menurut Kyai Syansuri bahwa,”mempelajari silat hukumnya boleh, dipelajari dengan tujuan perjuangan”. Dari muncul fatwa Kyai Syansuri ini lah disepakati untuk dibentuknya suatu ikatan bersama untuk mempersatukan berbagai aliran silat di bawah naungan NU.
KH. Syansuri Badawi lahir di Majalengka pada 1918 M. Beliau terlahir dari pasangan KH. Badawi (Majalengka) dan Nyai Hamiyah (Cirebon). KH. Syansuri Badawi sejak kecil dididik langsung oleh orangtuanya, Beliau mendalami ilmu Al Qur’an dan dasar agama lainnya. Selanjutnya beliau belajar ke Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Tak cukup puas belajarnya di sana beliau kemudian melanjutkan menuntut ilmu belajar ke Pesantren Tebuireng Jombang.
Di Tebuireng, beliau dididik langsung oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Di antara kitab-kitab yang beliau pelajari adalah Shahih Bukhori, Shahih Muslim, Tafsir Al- Baidlowi, Al-Muhdzab, Fathul Wahhab, Ihya al-Ulum ad-Din, Al-Mahally, dan lain-lain. Ketika KH. Syansuri belajar di Tebuireng, beliau sudah memiliki bekal ilmu yang cukup banyak dan matang dari pesantren sebelumnya, sehingga ketika di Tebuireng beliau hanya mengembangkan keilmuan yang telah didapatkan dari pesantren sebelumnya.
Ketika nyantri di Tebuireng, beliau tidak seperti santri lainnya yang hanya fokus ngaji, belajar, dan menimba ilmu, akan tetapi karena dalam hal ekonomi mengalami persoalan, maka beliau berdagang kecil-kecilan, untuk menutupi persoalan ekonominya. Namun, kondisi itu tidak membuat spirit Kiai Syansuri kendo malah sebaliknya, justru hal itu malah melecutkan tekad beliau yang semakin berkobar-kobar dalam menuntut ilmu, agar kadar keilmuan beliau tak kalah dengan santri yang lainnya.
Pada tahun akhir 1930-an beliau sudah dipercaya oleh Hadrotusy Syaikh untuk mengajar para santri. Ini menandakan bahwa beliau sudah diakui ‘alim oleh KH. Hasyim As’ary. Mungkin sebab dipercaya gurunya untuk mengajar di Tebuireng, beliau enggan pulang dan memilih mengabdikan total jiwanya, untuk pesantren almamaternya, hingga beliau dipanggil Allah SWT.
KH. Syansuri Badawi menikah tiga kali, yang pertama dengan Hj. Hannah. Sepeninggal Hj. Hannah, beliau menikah lagi dengan Hj. Safinatun. Sepeninggalnya, beliau menikah lagi dengan Hj. Khosyiyah sampai akhir hayatnya. Istri kedua dan ketiga tidak meninggalkan anak. Kini Beliau meninggalkan beberapa putra dan cucu, di antaranya: Mahmudi, Afifah, Sholahuddin, Ibu Zahro dan Ibu Kholid Ali yang sekarang bertempat di dekat ndalem Beliau. Dan pada masa-masa tuanya, Kyai Syansuri menempati rumahnya yang berada di desa Ampel Gajah, Ngoro, Jombang, hingga beliau wafat.
Untuk menafkahi keluarganya, Kyai Syansuri mengisi disela-sela kesibukannya mengajar dengan berwirausaha. Beliau pernah memproduksi kerupuk, berdagang ke luar kota dan lainnya. Hal itu dilakukannya tanpa harus mengorbankan visi dan misi perjuangannya. Karena tipe beliau seorang pekerja keras, banyak jalan usaha yang sudah dilakukannya untuk menafkahi keluarganya.
KH. Syansuri Badawi wafat Pada hari selasa, 15 Februari tahun 2000 M, pukul 08.30.WIB, KH. Syansuri Badawi wafat meninggalkan kita semua di rumahnya di desa Ampel Gajah, Ngoro, Jombang. Beliau dimakamkan pukul 13.30 WIB di kompleks makam Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an, Tebuireng, Jombang. Makam almarhum berdekatan dengan makam KH. Yusuf Mashar (pendiri Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an). Itulah Biografi Singkat KH Syansuri Badawi, Tokoh Penting Berdirinya Pagar Nusa. Semoga bermanfaat. (*)