PAGARNUSA.OR.ID – Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA menjadi salah satu kiai khos mujiz ijazah kubro bersama 22 kiai lainnya. Bagi kalangan NU, pengasuh Pesantren Luhur AL-Tsaqofah ini tentu tidak asing lagi. Pasalnya, beliau memiliki peran penting dan strategis dalam berkhidmah di organisasi muslim terbesar di Indonesia ini. Berikut biografi singkat KH Said Aqil Siroj:
Profil
Kang Said, sapaan akrabnya lahir di Cirebon pada 3 Juli 1953. Beliau terlahir dari pasangan Kh Aqil Siroj dan Hj. Afifah Harun. Sejak lahir beliau telah berada dalam lingkungan keluarga yang relijius. Ayahnya merupakan pengasuh pesantren Tarbiyatul Mubtadi’in Cirebon. Sebuah pesantren yang popular dengan sebutan Pesantren Kempek, karena lokasinya berada di daerah Kempek, Palimanan, Cirebon.
KH Said Aqil sendiri merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Kakaknya yaitu KH Ja’far Shodiq. Tiga adiknya bernama KH Mustofa Aqil Siroj, KH Ahsin Syifa Aqil Siroj, dan KH Ni’amillah Aqil Siroj.
Dalam perjalanannya, KH Aqil Siroj menikah dengan Hj Nurhayati Abdul Qodir dan dikaruniai 4 orang anak. Mereka adalah Muhammad Said Aqil, Aqil Said Aqil, Nisrin Said Aqil, dan Rihab Said Aqil. Keempat anak ini lahir ketika Kiai Said berada di perantauan, yaitu di Mekah al-Mukarromah.
Rihlah Ilmiah
Putra pengasuh Pesantren Kempek ini mengawali pendidikan di bawah asuhan keluarganya sendiri. Ia juga masuk ke Sekolah Rakyat dan lulus tahun 1965. Kemudian pendidikan SLTP dan SLTA Beliau habiskan di Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien, Lirboyo Kediri (1965-1970).
Rihlah ilmiahnya berlanjut ke Pesantren Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta sambil kuliah di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga. Tekad dan semangat kiai Said mengantarkan Beliau melanjutkan studi ke Timur Tengah selama 14 tahun. Di sana, beliau tercatat sebagai mahasiswa Universitas King Abdul Aziz cabang Mekah dengan fokus studi pendidikan ushuluddin dan dakwah (tamat 1982).
Program magisternya, Kiai Said selesaikan di Universitas Ummu Al-Qura. Sebuah kampus yang terletak di Mekah Mukaromah. Di sana Beliau mengambil program studi Perbandingan Agama dan selesai pada tahun 1987. Di kampus yang sama, Kiai Said berhasil meraih gelar doktornya pada tahun 1994.
Ada hal menarik saat Kiai Said menyelesaikan program doktoralnya. Beliau berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “shilatullahi bil-kalam fit-tashawwuf al-falsafi (Relasi Tuhan dengan Alam Kosmos: Perspektif tasawuf Filosofis) dengan predikat cumlaude. Padahal Universitas Ummu Al-Qura merupakan sebuah kampus yang cenderung mengharamkan diskursus tasawuf filosofis. Hal tersebut menunjukkan betapa cerdas dan piawainya Kiai Said dalam perjalanan ilmiahnya.
Merinitis Karier
Kesuksesan Kiai Said Aqil Siroj dalam mengemban posisi penting di NU tidak lepas dari pengalaman luar biasanya. Sejak berkuliah, beliau telah aktif dalam berbagai organisasi. Peran Beliau sebagai sekretasis PMII Rayon Krapyak Yogyakarta mengantarkannya menjadi ketua Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Mekah.
Sekembalinya ke Indonesia, Beliau mendapat amanah sebagai wakil katib ‘Aam Syuriah di PBNU. Kemudian pada tahun 1998 ia terpilih menjadi Katib ‘Aam sekaligus menjadi Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia.
Beliau pernah diminta berkhotbah di depan Altar Gereja Katolik Aloysius Gonzaga (Algon) Surabaya. Tindakan ini menjadikan Kiai Said menjadi sorotan publik. Tidak sedikit kelompok yang mencap Beliau sebagai kiai Syiah, bahkan kafir.
Polemik ini justru akhirnya dapat meyakinkan publik akan keluasan dan kedalaman Beliau. Bahwa tidak hanya orang Islam yang merasa perlu mendapat petuah kebaikan. Namun begitu juga umat lainnya. Berawal dari sini Kang Said kemudian ditunjuk sebagai anggota Kehormatan Majelis Tertinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) pada tahun 1999.
Selain kesibukannya di berbagai organisasi, Kang Said juga menjadi dosen di berbagai kampus. Beliau tercatat sebagai dosen di PTIQ Jakarta (1995-1997), Guru Besar Pascasarjana di Universitas Malang, Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Dosen Pascasarjana UNU Surakarta, dan beberapa kampus besar lainnya.
Sejak tahun 1999, organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) memercayai KH Said Aqil sebagai dewan penasihat. Selain itu, keaktifan dan komitmennya pada NU menjadikannya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU masa khidmat 2010-2015. Pada saat itu, perolehan suara Beliau mengungguli Slamet Effendi Yusuf dan KH Solahuddin Wahid.
Demikian biografi singkat KH Said Aqil Siroj, salah satu kiai khos Mujiz Ijazah Kubro Pagar Nusa. Semoga bermanfaat! (*)