PAGARNUSA.OR.ID – Buya Syakur, sosok ulama asal Indramayu terkenal sebagai pendakwah dengan wawasan yang luas dan mendalam. Tak ayal dalam setiap penuturannya terselip kata-kata Mutiara yang menggunggah hati dan jiwa. Kata-kata Mutiara Buya Syakur ini menjadi oase di tengah hiruk-pikuk problematika kehidupan yang semakin rumit.
Kiai kelahiran 02 Februari 1948 ini merupakan sosok yang rendah hati. Meski Beliau memiliki latar belakang studi yang luar biasa, namun ia tetap menekuni jalan dakwah di kampung halamannya sendiri.
Dalam sebuah catatan, tercatat bahwa Buya Syakur telah melanglang buana di luar negeri selama dua puluh tahun lebih, baik di Afrika, Timur Tengah, hingga Eropa. Di sana Beliau banyak belajar tentang sastra, linguistic, dan dialog teater sebagai bidang yang Beliau sukai.
Meskipun demikian, latar belakang pendidikan pesantrennya, di mana sebelum Ia melanjutkan studi ke luar negeri, Buya Syakur telah banyak menghabiskan waktunya di Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon. Ternyata bekal studi di pesantrennya ini turut memengaruhi perjalanan kehidupannya.
Buya Syakur lebih memilih menapaki jalan dakwah di kampung halamannya sendiri. Kendatipun ia menguasai banyak bahasa, namun ia lebih suka mengisi pengajian yang menyasar masyarakat awam.
Sebuah catatan obituari menarik dari Mamang Haeruddin pada laman Mubadalah.id. Dalam catatan tersebut, Mamang mengutip pendapat Gus Dur bahwa Buya Syakur memilih jalan yang berbeda, jalan tidak masyhur yang jarang tersorot kamera.
Mamang menceritakan pengalamannya saat mengikuti sebuah pengajian pasaran Ramadlan di kediaman Beliau. Di mana pada saat itu jamaahnya masih mudah terhitung jari. Hingga sekarang video dakwahnya yang sudah tersebar ke mana-mana menjadikan masyarakat luas mengenal sosok Ulama yang mampu memahami Islam dari perspektif psico-linguistik ini.
Kata-kata Mutiara Buya Syakur
Kata-kata Mutiara Buya Syakur menjadi nasihat yang mencerahkan sekaligus menentramkan hati. Kajiannya pun tidak hanya soal tasawuf, namun mampu beririsan dengan pemikiran Islam kontemporer seperti kesetaraan gender, sains, pluralisme, dan gagasan lainnya. Berikut ini 9 kata-kata Mutiara Buya Syakur yang dapat menjadi inspirasi:
- “Ketika lapar kau datang. Ketika kenyang engkau pergi. Jangan engkau perlakukan Tuhanmu seperti itu. Ketika sedang susah mengaduhlah. Ketika sedang senang bersyukurlah. Hadirkan kerinduan dalam hatimu setiap saat kepada Tuhanmu.”
- “Amal, ilmu, harta, nama besar yang kau miliki itu jadi penghalangmu. Datangi Dia (Allah) sendirian. Jalani semua atas kehendak-Nya agar engkau selamat. Hidayah dan ampunan yang kau dapatkan itu karena kemurahan-Nya, bukan karena amal dan ilmumu!”
- ”Konsentrasikan pandangan pada Tuhanmu, supaya terjaga ‘kerajaan’ hatimu. Tatkala merasa tak kuasa menahan godaan, berserulah, ‘Tuhanku jagalah aku.’”
- “Saat kau memunculkan keakuanmu, maka Tuhan ‘tidak’ ada. Ketika kau melihat Tuhan, maka kamu tiada.”
- “Lepaskan semua kebanggaanmu, ilmumu, amalmu, nafsumu, nama besarmu, dan segala kemampuanmu. Jangan membawa apapun kecuali nama Tuhanmu.”
- “Tuhan punya alat ukur yang super canggih. Jadi jangan takut ketika kita sedang diuji. Karena sudah bisa dipastikan kita bisa melewatinya. Tergantung kamu mau berhasil atau tidak. Minta kekuatan lebih kepada-Nya agar bisa menjalani semua ujian yang menghampirimu.”
- “Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana saja dan kapan saja.”
- “Apapun yang kamu lakukan yang menimbulkan perpecahan umat, sudah dipastikan itu bukan perintah Allah.”
- “Sebelum meminta harta yang banyak, mintalah dulu untuk kokohkan jiwamu, kalau tidak maka hartamu yang akan merusakmu.”
Itulah 9 kata-kata Mutiara Buya Syakur yang penuh hikmah dan teladan. Semoga almarhum senantiasa mendapat pahala amal jariyah yang tiada habis-habisnya. Amiin (*)