Biografi Singkat KH Maimoen Zubair, Salah Satu Kiai Khos Mujiz Ijazah Kubro Pagar Nusa. Ijazah Kubro merupakan agenda lima tahun sekali yang dilaksanakan oleh Pimpinan Pusat Pagar Nusa. Biasanya pelaksanaan Ijazah Kubro berbarengan dengan pengukuhan Pimpinan Pusat Pagar Nusa yang terbaru.
Pelaksanaan Ijazah Kubro sendiri sudah dua kali dilaksanakan tepatnya pada tahun 2018 di Cirebon Jawa Barat. Kali ini Ijazah Kubro akan kembali digelar di tahun 2023 yang juga sekaligus pengukuhan Pimpinan Pusat Pagar Nusa masa khidmat 2023-2028.
Dalam agenda Ijazah Kubro Pagar Nusa banyak dihadiri oleh kiai-kiai sepuh yang kemudian memberikan ijazah kepada para pendekar Pagar Nusa. Salah satu ulama khos yang telah menjadi Mujiz (pemberi ijazah) dalam Ijazah Kubro ialah Almarhum Almaghfurlah KH. Maimoen Zubair.
Mbah Moen sapaan masyhur pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang itu telah turut memberi ijazah dalam Ijazah Kubro yang pertama di tahun 2018. Untuk mengetahui lebih lanjut sosok Kiai sepuh KH. Maimoen Zubair, berikut ini kami sajikan profil singkatnya.
KH. Maimoen Zubair merupakan putra pertama dari pasangan Kiai ZubairDahlan dan Nyai Mahmudah. Beliau dilahirkan di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya’ban tahun 1347 H atau 1348 H bertepatan dengan 28 Oktober 1928.
Dari jalur silsilah kakek, nasab Mbah Moen sampai kepada Sunan Giri. Berikut adalah jalur silsilah nasab Mbah Moen, KH. Zubair bin Mbah Dahlan bin Mbah Carik Waridjo bin Mbah Munandar bin Puteh Podang (desa Lajo Singgahan Tuban) bin Imam Qomaruddin (dari Blongsong Baureno Bojonegoro) bin Muhammad (Macan Putih Gresik) bin Ali bin Husen (desa Mentaras Dukun Gresik) bin Abdulloh (desa Karang Jarak Gresik) bin pangeran Pakabunan bin panembahan Kulon bin sunan Giri.
Sedangkan dari jalur silsilah Nenek yaitu, Nyai Hasanah binti Kiai Syu’aib bin Mbah Ghozali bin Mbah Maulana (Mbah Lanah seorang bangsawan Madura yang bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro). Ayahanda Mbah Moen, Kiai Zubair, adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky. Kedua guru tersebut adalah sosok ulama yang tersohor di Yaman.
Dari ayahnya, beliau meneladani ketegasan dan keteguhan, sementara dari kakeknya beliau meneladani rasa kasih sayang dan kedermawanan. Kasih sayang terkadang merontokkan ketegasan, rendah hati seringkali berseberangan dengan ketegasan.
Mbah Moen dari tiga kali pernikahannya dianugerahi 10 putra. Almarhum menikah tiga kali karena istri pertama dan keduannya meninggal dunia. Istri pertama bernama Ibu Nyai Hj Fahima Baidhowi, yang merupakan putri dari KH Baidhowil Lasem Rembang. Dari pernikahannya, keduannya dikaruniai dua putra dan satu putri, masing-masing: KH. Abdullah Ubab, KH Muhammad Najih (Gus Najih), Ibu Nyai Hajah Shobihah (Neng Shobihah) yang menikah dengan KH. Musthofa Aqil Siradj (adik kandung Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj)
Dari istri kedua, yakni Ibu Nyai Hj Mastiah, Mbah Moen dikaruniai 6 putra dan satu putri, masing-masing: KH. Majid Kamil (Gus Kamil), KH Abdul Goffur (Gus Abd. Ghofur), KH Abdul Rouf (Gus Rouf), KH Muhammad Wafi (Gus M. Wafi), Ibu Nyai Hj Rodhiah (Neng Yah), KH Taj Yasin (Gus Yasin) dan KH Muhammad Idror (Gus Idror).
Setelah istri pertama dan kedua wafat lebih dulu, Mbah Moen kembali menikah dengan istri ketiganya yaitu Ibu Nyai Hj Heni Maryam putri dari salah satu ulama dari Kabupaten Kudus. Dari pernikahan ini tidak dikaruniayai keturunan.
Dalam riwayat pendidikannya, sejak kecil Mbah Moen sudah dibimbing langsung oleh orang tuanya dengan ilmu agama yang kuat, mulai dari menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara’ yang lain.
Pada usia yang masih muda, beliau sudah hafal beberapa kitab diluar kepala diantaranya Al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharotut Tauhid, Sullamul Munauroq serta Rohabiyyah fil Faroidl. Selain itu, beliau juga mampu menghafal kitab fiqh madzhab Asy-Syafi’I, seperti Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab dan lain sebagainya. Pada tahun 1945 beliau memulai pendidikannya ke Pondok Lirboyo Kediri, dibawah bimbingan KH. Abdul Karim atau yang biasa dipanggil dengan Mbah Manaf. Selain kepada Mbah Manaf, beliau juga menimba ilmu agama dari KH. Mahrus Ali juga KH. Marzuqi.
Setelah itu selesai, kemudian beliau kembali ke kampungnya, mengamalkan ilmu yang sudah beliau dapat. Kemudian pada tahun 1950, beliau berangkat ke Mekkah bersama kakeknya sendiri, yaitu KH. Ahmad bin Syu’aib untuk belajar dengan ulama di Mekkah.
Diantaranya adalah Sayyid Alawi al-Maliki, Syekh al-lmam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly. Disana ia belajar selama 2 tahun.
Pada tahun 1952, Mbah Moen kembali ke Tanah Air. Setiba di Indonesia Mbah Moen kemudian melanjutkan belajar ke beberapa ulama di tanah Jawa. Guru-guru beliau adalah Kiai Baidhowi, Kiai Ma’shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen(Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abui Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain.
Diantara guru-guru KH. Maimoen Zubair adalah KH. ZubairDahlan, KH. Abdul Karim, KH. Mahrus Ali, KH. Marzuqi., KH. Ahmad bin Syu’aib, KH. Baidhowi, KH. Ma’shum Lasem, KH. Bisri Musthofa (Rembang), KH. Wahab Chasbullah, KH. Muslih Mranggen(Demak), KH. Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abui Fadhol Senori (Tuban).
KH. Maimoen Zubair wafat di Mekah, Arab Saudi, pada hari Selasa, 6 Agustus 2019 pagi, dalam rangka merayakan ibadah haji. Beliau tutup usia pada dalam umur 90 tahun. Itulah tadi Biografi Singkat KH Maimoen Zubair, Salah Satu Kiai Khos Mujiz Ijazah Kubro Pagar Nusa. Semoga bermanfaat. (*)