Tradisi Membuat Bubur Suro, Ternyata Sejarahnya dari Nabi Nuh AS
PAGARNUSA.OR.ID – Muharram atau juga dalam penaggalan Jawa disebut sebagai bulan Suro merupakan awal Tahun Baru kalender Hijriyyah dan juga penanggalan Jawa. Pada bulan Suro banyak masyarakat yang melaksanakan berbagai tradisi-tradisi baik ritual ibadah maupun sosial. Salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat di bulan Muharram ini adalah membuat bubur suro.
Tradisi membuat Bubur Suro pada 10 Muharram merupakan salah satu tradisi yang tersebar luas diberbagai daerah di Nusantara. Salah satu bulan pembuka tahun baru Islam atau Hijriyah adalah bulan Muharram dalam istilah penanggalan jawa adalah bulan Asyura atau bulan Suro.
Dibeberapa daerah, pada 10 muharom/Asyuro selain melakukan ibadah-ibadah sunah yang sudah masyhur seperti puasa, shodaqoh, menyantuni anak yatim, memakai celak hitam dan lain sebagainya.
Sebagaimana dikutip dari PISS _ KTB, shodaqoh Bubur Suro merupakan salah satu tradisi yang dilakukan saat bulan Asyuro tepatnya pada tanggal 10 Muharram. Dibeberapa tempat di indonesia biasanya masyarakat membuat bubur dari berbagai macam biji-bijian, mulai dari beras putih, beras merah, kacang hijau dan beberapa lagi jenis biji-bijian yang kemudian semuanya dimasak menjadi bubur dan selain untuk dimakan dengan keluarga,
Tak jarang juga dibagikan/dishodaqohkan kepada anak-anak yatim dan dhua’fa serta muslimin yang tidak melaksanakan puasa,atau dimakan saat buka puasa hari tersebut. Tradisi membuat Bubur Suro ini “la’alashowaab” yaitu mengikuti apa yang pernah dikerjakan Nabi Nuh dan kaumnya.
Dalam kitab Bada`Iuzuhur versi dan karangan syeikh Muhammad bin Ahmad bin iyas al-hanafy , halaman 64 (versi lain karangan imam suyuthi) di sebutkan sebagai berikut:
قال الثعلبي كان استواء السفينة علي جبل الجودي يوم عاشوراء وهو العاشر من المحرم فصامه نوح شكرا لله تعالي وامر من كان معه بالصيام في ذلك اليوم شكرا علي تلك النعمة .
ويروي ان الطيور والوحوش والدواب جميعهم صاموا ذلك اليوم ثم ان نوح اخرج ما بقي معه من الزاد فجمع سبعة اصناف من الحبوب وهي البسلة والعدس والفول والحمص والقمح والشعير والارز فخلط بعضها في بعض وطبخها في ذلك اليوم فصارت الحبوب من ذلك اليوم سنة نوح عليه السلام وهي مستحبة
Imam Atsa’laby berkata: perahu Nabi Nuh AS mendarat sempurna disebuah gunung bertepatan tanggal 10 muharam/hari asyuro, maka Nabi Nuh melakukan puasa pada hari itu dan memerintahkan kepada kaumnya yang ikut dalam perahunya untuk melakukan puasa pada hari Asyuro sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Dan diriwayatkan bahwa seluruh binatang dan hewan yang ikut dalam perahu Nabi Nuh AS juga melaksanakan puasa.
Kemudian Nabi Nuh AS mengeluarkan sisa perbekalan selama terapung dalam kapal, tidak banyak sisa yang didapat kemudian Nabi Nuh mengumpulkan sisa biji-bijian itu, ada tujuh macam jenis biji-bijian dan jumlahnya tidak banyak kemudian disatukan dan dijadikan makanan.
Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya Nabi Nuh dan kaumnya selalu membuat makanan seperti itu (bubur dalam bahasa kita) pada hari Asyuro/ 10 Muharram. Itulah tadi Tradisi Membuat Bubur Suro, Ternyata Sejarahnya dari Nabi Nuh AS. Semoga bermanfaat. (*)