PAGARNUSA.OR.ID – Indonesia dengan multikulturalnya membutuhkan kehadiran elemen-elemen yang dapat mempersatukan dan memelihara kedamaian di tengah perbedaan. Di antara kelompok yang memainkan peran penting dalam membangun rasa persatuan dan kedamaian adalah Pencak Silat Pagar Nusa. Pencak silat yang berdiri sejak 1986 ini tidak hanya mengajarkan tentang bela diri saja. Namun juga tentang nasionalisme dan bagaimana bersikap di tengah keberagaman. Dengan demikian para kader Pagar Nusa diharapkan dapat menjadi juru damai di masyarakat.
Indonesia memiliki keberagaman yang sangat kompleks, baik dalam suku, ras, budaya, dan agama. Dalam hal ini, pencak silat juga menjadi bagian dari keberagaman tersebut. Betapa banyak perguruan dan aliran pencak silat yang tumbuh dan berkembang sebagai warisan budaya Indonesia. Pagar Nusa sendiri merupakan bagian kecil dari perguruan pencak silat di Indonesia.
Meskipun demikian, Pagar Nusa menjadi salah satu pencak silat yang banyak peminatnya. Ketua Pengurus Pusat Pagar Nusa, Gus Nabil Haroen pernah menyampaikan jika kader Pagar Nusa yang telah tercatat memiliki Kartu Tanda Anggota sudah mencapai 3 juta. Belum lagi kader Pagar Nusa lainnya yang belum tercatat di sana. Melihat kondisi tersebut, Pagar Nusa dapat menjadi wadah yang mampu menggerakkan massa yang cukup besar.
Tentu hal demikian menjadi kabar baik untuk mewujudkan cita-cita mulia untuk menggerus degradasi moral. Di mana pencak silat dikenal sebagai wujud pendidikan nonformal yang dapat menanamkan pendidikan karakter.
Konflik Antarperguruan Silat Masih Banyak
Namun, dalam realitas kita hari ini, konflik dan permusuhan antar kelompok pencak silat masih sering terjadi. Farid Makruf, Pangdam V/Brawijaya mengungkapan bahwa selama tahun 2021 hingga 2023 sebanyak 400 konflik antarperguruan silat terjadi di Jawa timur. Salah satu pemicunya, menurut Farid karena adanya tugu perguruan silat. Tentu angka dan penyebab konflik yang terjadi di lapangan tidak sesederhana itu.
Biasanya, penyebab konflik bisa terjadi secara internal maupun eksternal. Kondisi emosional kader pencak silat yang belum matang sering membuatnya mudah tersinggung ketika ada pihak lain yang menghina dan merendahkan keberadaannya. Belum lagi adanya pihak lain yang memprovokasi sehingga menggiring terjadinya konflik. Selain itu, adanya solidaritas setiap anggota yang seharusnya memberikan kesan positif, justru dapat membuat konflik yang dilakukan oleh satu oknum menjadi semakin parah.
Dalam hal ini memang karakter untuk saling menghormati dan rendah hati diuji. Tentu kader Pagar Nusa hendaknya tetap menjadi juru damai dengan berbagai perguruan silat lainnya. Seperti nasihat orang nomor satu di Indonesia dalam perhelatan ijazah kubro dan pengukuhan pimpinan pusat Pagar Nusa kemarin bahwa pagar Nusa harus menjaga dan mendamaikan.
“Saya titip, kita semuanya harus menjaga jangan sampai yang sering kita baca, yang sering kita dengar, antarperguruan pencak silat berantem, berkelahi. Tapi saya yakin Pagar Nusa tidak ada yang seperti itu, justru menjaga, justru mendamaikan”, kira-kira begitu yang Bapak Jokowi sampaikan.
Kita adalah Saudara
Seluruh perguruan silat yang ada di Indonesia adalah saudara. Saudara sebangsa dan setanah air. Oleh karena itu persatuan antarsaudara harus senatiasa kita jaga. Tentu hal ini tidak bisa kita lakukan jika masih berada dalam belenggu keegoisan dan merasa paling benar sendiri. Semua perguruan pencak silat tentu memiliki kelebihan masing-masing yang tidak bisa kita banding-bandingkan.
Bukan saatnya lagi bersaing untuk menunjukkan siapa yang lebih hebat, siapa yang lebih baik. Saat ini kita berada di masa kolaborasi. Saling kerja sama dan menjalin persahabatan serta silaturahmi. Dengan demikian, pencak silat sebagai warisan budaya Indonesia dapat menjadi bentang pertahanan dan keharmonisan sekaligus menjadi branding Indonesia di kancah internasional. (*)