Nasihat KH Suharbillah Tentang Maraknya Praktik Supranatural, Masyarakat Harus Cerdas!
PAGARNUSA.OR.ID – KH. Suharbillah adalah salah satu tokoh santri dan pendekar yang sangat aktif melestarikan silat di Pesantren. Berdirinya organisasi Pagar Nusa sebagai wadah perkumpulan perguruan silat dibawah panji Nahdlatul Ulama tak lepas dari inisiatifnya. Selain ilmu pencak silat Kiai Suhar juga banyak mendalami dan menguasai berbagai ilmu hikmah, tirakat dan berbagai wirid.
Keresahan Kiai Suharbillah tentang melunturnya tradisi ilmu bela diri pencak silat di pesantren dan munculnya klaim paling baik diantara peguruan silat berbuah manis. Hasil diskusinya bersama KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) menghasilkan gagasan untuk membuat wadah bagi para perguruan silat dibawah bendera Nahdlatul Ulama. Gagasan itupun akhirnya disowankan kepada KH. Abdulloh Maksum Jauhari (Gus Maksum) Lirboyo yang kala itu salah satu ulama guru para pendekar pencak silat. Gus Maksumpun menyetujuan gagasan tersebut dan dari pertemuan itu akhirnya berkembang sehingga bedirilah Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa.
Pada awal tahun 2004, sebagaimana dikutip dari NU Online, praktik-praktik supranatural semakin marak, ditambah media-media massa yang menunjang fenomena tersebut menjadikannya semakin besar. Hal tersebut memunculkan keresahan di hati para ulama dan kiai pesantren. Bukan hanya karena penggunaan idiom-idiom keagamaan untuk memamerkan kemampuan supranatural, tapi juga kekhawatiran akan ekses negatif yang merusak mentalitas dan akidah umat.
Yang paling gerah tentu saja para kiai, yang kebetulan bersentuhan langsung dengan bidang supranatural yang dalam bahasa agama disebut ilmu hikmah. Salah seorang di antaranya ialah KH. Muhammad Suharbillah, pengajar di Pondok Pesantren Sidoresmo, Surabaya, yang juga kala itu sebagai guru besar pemimpin Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa, yang bernaung di bawah panji-panji Nahdlatul Ulama.
Menurut pendekar pencak silat yang bertubuh tegap, tinggi besar, dan bercambang lebat itu, maraknya bisnis ilmu hikmah di zaman modern sekarang ini tidak terlepas dari budaya serba instan di masyarakat.
“Sekarang ini masyarakat kan maunya serba praktis dan instan. Ingin mempunyai kekuatan dan kemampuan, tapi tidak mau belajar dan bersusah payah,” katanya.
Gara-gara kecenderungan itu, kata Kiai Suhar, muncullah orang-orang yang mengaku bisa mentransfer kekuatan gaib, tentu dengan imbalan uang, sehingga seseorang bisa mendadak sakti. Untuk melengkapi daya pikat, mereka menggunakan nama diri aneh-aneh. Ada yang pakai Ki atau Romo, ada pula yang pakai Gus, padahal dia bukan putra seorang kiai. Dalam tradisi pesantren, putra seorang kiai biasanya memang dipanggil Gus.
“Parahnya, ilmu yang disenangi masyarakat biasanya justru yang aneh-aneh dan rada gendheng (agak gila). Apalagi biasanya pembelajarannya sepotong-sepotong. Ini berbahaya. Sebab, pengajaran instan itu biasanya tidak dilengkapi dengan ilmu tauhid dan akhlak, hingga rentan terhadap munculnya kemusyrikan, karena salah niat. Juga karena mengultuskan sesuatu, dan karena kesombongan,” tambahnya.
Praktik-praktik supranatural yang membuat KH. Suharbillah resah itu ternyata masih eksis sampai saat ini. Maraknya fenomena-fenomena orang yang mengaku punya kekuatan gaib yang dibungkus dengan kedok agama merajalela dimana-mana. Apa yang disampaikan oleh KH. Suharbillah diatas harus menjadi bahan renungan seluruh masyarakat Indonesia, agar tak mudah mempercayai hal-hal yang bersifat instan.
Suatu disiplin ilmu haruslah dipelajari dengan proses yang tidak sebentar. Termasuk ilmu hikmah yang menjadi khazanah keilmuan di pesanren. Ilmu hikmah tidak bisa lepas dari para pendekar pencak silat. Namun yang lebih penting dari itu adalah pentingnya mengedukasi masyarakat agar tidak tergoda oleh oknum-oknum yang memanfaatkan media untuk menyebarkan praktik supranaturan yang tidak jelas sumbernya dan tak jelas gurunya. Semua butuh proses dan KH. Suharbillah bisa menjadi contoh dan sosok yang setia akan proses tersebut. Demikian Nasihat KH Suharbillah Tentang Maraknya Praktik Supranatural, Masyarakat Harus Cerdas!, semoga bermanfaat. ALS (*)