PAGARNUSA.OR.ID – Tidak terasa kita telah memasuki sepuluh malam terakhir di Bulan Ramadhan. Artinya sebentar lagi Ramadhan akan beranjak pergi berganti bulan Syawal.
Waktu tersebut merupakan fase ketiga bulan Ramadhan setelah fase Rahmah (10 hari pertama), fase maghfirah (10 hari pertengahan), dan fase itqun minannar (10 hari terakhir).
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Setiap amal kebaikan akan Allah lipatgandakan. Bahkan pada bulan tersebut terdapat sebuah malam yang sangat luar biasa. Sebuah malam yang lebih baik daripada seribu bulan, yakni Malam Lailatul Qadar.
Pada malam tersebut Allah akan menurunkan Malaikat untuk turun ke bumi dan menyebarkan kedamaian dan Rahmat. Oleh karena itu umat Islam sangat disarankan untuk memperbanyak ibadah di malam Lailatul Qadar.
Lantas kapan malam Lailatul Qadar terjadi?
Tidak ada yang tahu secara pasti kapan datangnya malam tersebut. Hanya saja sebuah hadits, yang Aisyah riwayatkan menyebut bahwa malam itu terjadi di malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya: “Carilah Lailatul Qadar pada tanggal gasal dari 10 terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Tanggal datangnya Lailatul Qadar memang tidak disebutkan secara pasti. Dalam hal ini umat Islam hendaknya melakukan war ibadah untuk mendapatkan keutamaan malam tersebut. Tidak hanya war takjil seperti yang sedang trend sekarang.
Meneladani Rasulullah SAW
Sebagai uswatun hasanah, kita harus melihat bagaimana Rasulullah SAW ketika menyambut malam Lailatul Qadar.
Baca Juga:
Aisyah R.a. mengatakan bahwa ketika berada di 10 malam terakhir Ramadhan, Nabi Muhammad SAW sangat giat melakukan ibadah. Beliau selalu menghidupkan malamnya dengan memperbanyak tafakur dan bertawajuh kepada Sang Rabbul ‘alamin.
Tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun Beliau juga selalu membangunkan keluarga untuk meningkatkan ibadah bersamanya.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Said ats-Tsauri, dari Abu Ya’fur, dari Abu adh-Dhuha, dari Masruq, dari Aisyah ra, ia berkata: “Ketika Nabi saw memasuki 10 hari terakhir (Ramadhan), beliau mengencangkan ikat pinggangnya (untuk lebih giat beribadah), menghidupkan malamnya (dengan ibadah), dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah).” (HR. Bukhari).
Selain hal demikian, Rasulullah Saw juga menganjurkan untuk memperbanyak doa di malam-malam tersebut. Di antara doa yang Beliau SAW ajarkan kepada Aisyah ra untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar adalah sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allāhumma innaka afuwwun karīmun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annī.
Artinya, “Ya Allah, sungguh Engkau maha pemaaf yang pemurah. Engkau juga menyukai maaf. Karena itu, maafkanlah aku.”
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengajarkan umat Islam untuk memperbanyak Ibadah di 10 malam terakhir Ramadhan.
Memang pada fase tersebut merupakan fase yang cukup rawan di mana umat Islam mulai disibukkan untuk menyambut lebaran.
Meskipun demikian, sudah sepatutnya kita meneladani Rasulullah SAW untuk memperbanyak ibadah dan amalan di penghujung Ramadhan. Tidak hanya ibadah secara vertikal, namun juga horizontal. (*)