PAGARNUSA.OR.ID – Menjelang pesta demokrasi yang semakin dekat ini, munculnya berita atau kabar hoaks perlu kita waspadai. Sebagai calon-calon pemimpin bersama, kader Pagar Nusa pun punya tanggung jawab untuk menolak hoaks bersama-sama.
Maraknya hoaks yang muncul dapat memicu perpecahan dalam masyarakat, Apalagi menjelang konstelasi politik yang semakin dekat ini. Di mana perbedaan pilihan kerap mengundang perdebatan, bahkan permusuhan.
Gesekan-gesekan yang semakin panas antar kelompok yang berbeda akan lebih parah lagi jika termakan isu-isu hoaks. Hal tersebut dapat memicu ketegangan bersama. Apalagi jika hoaks ini diiringi dengan sikap saling menghujat, menghina, dan memaki. Terlebih jika memanfaatkan sentimen keagamaan. Polarisasi identitas pun akan semakin menguat dan rawan menimbulkan permusuhan.
Hoaks: Definisi, Tujuan, dan Dampaknya
Menurut KBBI, hoaks adalah informasi bohong. Sementara itu, Oxford Dictionary mengartikan hoaks sebagai “malicious deception”, sebuah kebohongan yang sengaja dibuat untuk tujuan kejahatan.
Di era percepatan informasi ini, hoaks dapat beredar dengan cepat Hanya dengan hitungan detik, hoaks mudah tersebar seantero dunia. Terlebih media sosial yang tanpa batas dan dapat mengaburkan identitas. Sehingga pelaku dapat menyebar hoaks secara bebas.
Penyebaran hoaks sendiri memiliki beberapa tujuan. Misalnya untuk membohongi publik, provokasi, maupun menyerang seseorang atau kelompok.
Merebaknya hoaks memberikan konsekuensi yang cukup berat. Hal tersebut karena berita yang menyesatkan dapat menimbulkan kecurigaan pada masyarakat terhadap kelompok tertentu. Di sisi lain, korban hoaks pun akan mengalami kerugian karena nama baiknya sudah tercemar. Lebih lanjut, berita-berita seperti ini akan merugikan pembuat kebijakan atas kesalahan informasi yang mereka terima.
Inspirasi Al-Qur’an Menyikapi Berita Hoaks
Sebagai kalam Ilahi, Al-Quran adalah pedoman universal bagi seluruh umat manusia, termasuk dalam menyikapi hoaks ini. Hoaks identik dengan perilaku berkomunikasi masyarakat dalam lingkup virtual. Oleh sebab demikian, kita perlu memahami bagaimana Al-Qur’an memberikan pedoman dalam berkomunikasi dan menghadapi berita-berita bohong.
Perintah untuk Selalu Berkata Benar
Tindakan menyebarkan hoaks bertentangan dengan perintah al-Qur’an untuk selalu berkata benar. Dalam Surah Al-Hajj (22) ayat 30 Allah terang-terangan melarang manusia berkata dusta (qoula zuur). Dalam tafsir At-Thabbari seperti dikutip oleh Ahmad Suhendra, Fenomena Hokas dalam Perspektif Al-Qur’an (2019), hoaks sejajar dengan perbuatan syirik kepada Allah.
At Thabari menjelaskan demikian mengutip sebuah riwayat berikut: “Abu Kuraib menceritakan kepada kami dari Ashim, dari Wa’il bin Rabiah, ‘Kesaksian palsu sebanding dengan syirik’. Kemudia ia membaca ayat, ‘Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang Najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta’ (Ibnu Abi Syabiah dalam Al-Mushannaf) “
Mengedepankan Tabayun
Selain perintah untuk berkata benar, Al-Qur’an juga memerintahkan umat Islam untuk mengedepankan tabayun ketika menerima informasi. Sikap seperti ini Al-Qur’an jelaskan melalui Surah Al-Hujurat (49) ayat 6. Di mana ketika datang orang fasik yang menerima berita maka kita perlu menelitinya kembali.
Dalam konteks sekarang, beragam informasi mudah kita dapatkan melalui media sosial. Jika meniliki pada ayat di atas, maka sebagai kader Pagar Nusa pun hendaknya tidak serta merta langsung memercayainya. Perlu klarifikasi ulang dan mengecek kebenaran informasi dari berbagai sumber. Saring sebelum sharing menjadi langkah penting dalam menerima suatu informasi.
Pagar Nusa sebagai Benteng Ulama
Slogan Pagar Nusa sebagai Pagar NU dan bangsa hendaknya menjadi pedoman dalam tindakan sehari-hari. Di era digital seperti ini berita hoaks menjadi ancaman baru yang dapat menyerang umat Islam terutama NU dan ulama.
Sebagai generasi muda sekaligus benteng ulama, setiap kader Pagar Nusa pun harus meningkatkan kapasitas diri, khususnya tentang literasi digital untuk menangkal hoaks yang beredar di masyarakat.
Selain itu, inspirasi dalam Al-Qur’an seperti perintah untuk berkata benar dan tabayun adalah pegangan utama dalam menyikapi hoaks ini.
Harapannya, kader Pagar Nusa dapat menjadi garda terdepan baik di barisan pusat maupun akar rumput dalam menjaga kondusifitas dan ketentraman masyarakat. Dengan saling bersinergi bersama, ancaman hoaks pun dapat diminimalisir. (*)