Makna Ijazah Kubro Pagar Nusa Menurut Mbah Maimoen Zubair. KH. Maimoen Zubair atau yang masyhur dipanggil Mbah Moen adalah salah satu ulama besar dari Indonesia. Beliau merupakan pendiri Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Mbah Moen ialah putra pertama dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Beliau dilahirkan di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya’ban tahun 1347 H atau 1348 H bertepatan dengan 28 Oktober 1928.
Mbah Moen menjadi sosok kiai dan ulama yang sangat dihormati oleh seluruh kalangan. Beliau wafat di Mekah, Arab Saudi, pada hari Selasa, 6 Agustus 2019 pagi, dalam rangka merayakan ibadah haji. Mbah Moen tutup usia pada dalam umur 90 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Ma’la, Makkah, Arab Saudi.
Pada pelaksanaan Ijazah Kubro yang diselenggarakan oleh Pagar Nusa pada tahun 2018 Mbah Maimoen memberikan pesan dan menyampaikan pesan makna daripada ijazah kubro. Pengasuh Pon Pes Al Anwar tersebut menyampaikan bahwa ijazah kubro merupakan suatu izin untuk melakukan amalan-amalan tertentu.
“Pertemuan yang disebut ijazah kubro artinya, ijazah itu berarti memberi izin untuk mengamalkan sesuatu amalan yang untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan umat,” ungkapnya.
Lebih lanjut Mbah Moen menyebut bahwa sebelum pelaksanaan ijazah kubro, ketua umum Pagar Nusa Muchamad Nabil Haroen sowan kepada beliau.
“Ini diselenggarakan oleh pimpinan pusat Pagar Nusa yang dipimpin oleh saudara saya masih famili saya Muchammad Nabil Ibn Harun, datang ke rumah saya. Saya merasa gembira atas akan diselenggarakannya apa yang disebut ijazah kubro,” terang Mbah Moen.
Ijazah Kubro merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh sayap organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yakni pagar Nusa. Secara kelembagaan Pagar Nusa merupakan badan otonom yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama, dan menjadi salah satu ujung tombak organisasi pengkaderan.
Mbah Moen menerangkan tentang makna nama Pagar Nusa yang tak bisa lepas dari Bangsa.
“Pagar Nusa, Pagar itu artinya untuk menjadi tameng atau menjadi pagar atau menjadi suatu pembelaan kepada nusa, nusa itu tidak bisa dipisahken kepada bangsa satu nusa satu bangsa. Hal ini sesuai apa yang dicita-citakan ulama dahulu,” terang Mbah Maimoen.
“Jadi saya mengucapkan selamat dan mengharap suksesnya Pagar Nusa dan kembali sebagaimana arti Pagar Nusa, bahwa Nahdlatul Ulama itu asal dari organisasi Nahdlatul Wathan dan Nahdlatuttujjar yang keduanya ini tidak bisa dipisahkan. Ibaratnya adalah kemerdekaan yang disertai dengan keadilan kemakmuran sebagai apa yang ditutup dalam asas negara kita Pancasila yaitu padi dan kapas., yang memiliki arti makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran, mudah-mudahan ini menjadi segala apa yang kita cita-citakan Nahdlatul Ulama sebagai milik bangsa dan menyatukan bangsa.” pungkas Mbah Moen. ALS (*)