PAGARNUSA.OR.ID – Genap berusia 38 tahun, Pagar Nusa menunjukkan peran pentingnya dalam menjaga warisan tradisi pencak silat khas Nusantara. Harlah Pagar Nusa ke-38 tahun ini menjadi memontum yang spesial tentunya.
Sejak 3 Januari 1986 hingga 3 Januari 2024 saat ini, Pagar Nusa terus berkomitmen mempertahankan kearifan ini dari berbagai gempuran zaman. Tentu tidak mudah. Namun, Pagar Nusa akan selalu berupaya memberikan yang terbaik dan selalu berbenah untuk memperbaiki diri.
Pencak Silat Telah Diakui Dunia
Menjaga pencak silat sebagai warisan tradisi yang orang-orang terdahulu wariskan merupakan hal yang penting. Apalagi pencak silat telah UNESCO akui sebagai warisan budaya takbenda pada 2019 silam.
Artinya, pencak silat telah diakui oleh dunia dan layak kita lestarikan. Hal tersebut mengingat bahwa dalam pencak silat terdiri dari berbagai unsur. Seperti tradisi lisan, ritual, seni, pengetahuan, praktik sosial, hingga memuat nilai-nilai kearifan lokal.
Pencak silat menjadi salah satu identitas pemersatu bangsa. Di dalamnya memuat nilai-nilai persahabatan, sportivitas, dan sikap saling menghormati.
Pencapaian pencak Silat Indonesia sebagai juara umum SEA GAMES 2023 pun menjadi prestasi yang begitu menggembirakan. Dengan perolehan sebanyak 9 keping medali emas, 6 keping medali perak, dan 1 keping medali perunggu mengantarkan Indonesia menjadi juara umum pada perhelatan tersebut.
Hal tersebut menegaskan bahwa pencak silat merupakan seni bela diri khas Indonesia yang layak kita pertahankan dan kita lestarikan.
Pagar Nusa Menjaga Tradisi Nusantara
Pagar Nusa sebagai salah satu perguruan pencak silat terbesar di Indonesia pun turut memegang peran penting dalam hal ini. Pencak silat yang berbasis dari pesantren ini menjadi keunggulan tersendiri. Di mana selain melestarikan tradisi, Pagar Nusa juga membekali para kadernya dengan nilai-nilai luhur ala Ahlu sunnah wal jamaah an-Nahdliyah.
Hadinya Pagar Nusa memang menjadi oase atas keprihatinan ulama ketika melihat tren pencak silat di pesantren mengalami penurunan. Hal itu karena pada saat tersebut, pesantren mulai dihadapkan dengan tantangan zaman sehingga hanya berfokus pada pendidikan formal saja. Padahal dulunya, pesantren merupakan basis dari padepokan pencak silat.
Oleh karena hal itu, KH Suharbillah bersama KH Mustofa Bisri dan KH Agus Maksum Jauhari (Gus Maksum) berinisiatif untuk membentuk sebuah wadah pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama.
Sebelumnya para ulama beserta pendekar pencak silat berkumpul di Pesantren Tebuireng Jombang pada 27 September 1985 untuk membuat persiapan. Alhasil disahkanlah Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat milik NU dengan Surat Keputusan Resmi pada 10 Desember 1985 dan berlaku hingga 15 Januari 1986.
Musyawarah kembali berlangsung di Pesantren Lirboyo, Kediri pada 3 Januari 1986 sehingga tercetuslah organisasi pencak silat Nahdlatul Ulama yang sekarang kita kenal dengan Pagar Nusa.
Pagar Nusa sebagai Basis Pencak Silat Nahdlatul Ulama
Sebagai bagian dari Badan otonom (Banom) NU, Pagar Nusa juga memiliki struktur kepengurusan dari yang tertinggi di tingkat pusat hingga paling bawah pada tingkat ranting.
Sejak awal berdiri hingga sekarang, Pagar Nusa telah memiliki lima ketua umum. Antara lain: KH Agus Maksum Jauhari (1986-2003), KH Suharbillah (2003-2007), KH Fuad Anwar (2007-2012), KH Aizuddin Abdurrahman (2012-2017), dan Gus Nabil Haroen (2017-sekarang).
Sistem yang terstruktur ini akan menjadi basis yang kuat dalam menjaga warisan pencak silat dalam naungan Nahdlatul Ulama. Dengan demikian, Pagar Nusa dapat menjadi penghubung antara generasi muda dengan identitas budaya mereka beserta nilai-nilai luhur khas Nusantara.
Selain itu, peringatan harlah Pagar Nusa ke-38 ini semoga menjadi pemantik semangat untuk terus mengudara, membawa nama baik Pagar Nusa di kancah nasional hingga internasional
Selamat Ulang Tahun Pagar Nusa! (*)